Kalau tidak "labor intensive", kopi ini tak akan selaziiz kenyataannya. Tks +nanang trianggana kiriman foto ini. |
Ada aroma-kering: kayu atau akar-akaran yg berasa manis/wangi sekaligus kacang gurih berasa coklat [asyik, dan bikin penasaran ga?]; ada juga yg menengarai mengandung wangi dari ubi jalar; Aroma-basah: saputan uap rasa segar, coklat kuat; Kesegaran-nya bagaimana? Benar bahwa terkandung rasa segar nan asam, meskipun banyak kajian menyebut rasa asam itu bertingkat rendah, tapi mungkin untuk lidah publik Indonesia pun sudah akan bisa dirasakan lumayan kuat. Tapi ini bukanlah ‘kesegaran’ yg tajam sehingga bisa mengganggu rongga mulut Anda, sekalipun rasa segar itu merata bersamaan dengan ketebalan emulsi kopi ini (body, viscosity). Anda mungkin akan merasakan betapa kopi ini bagai memenuhi seluruh rongga mulut.
Citarasa rerumputan atau tanaman2 liar dan mungkin juga biji pala atau rempah yang lain; plus citarasa bumi (ganti kata ‘tanah’/earthy). Kalau diperbandingkan dengan alunan tipe suara, mudah difahami, tonasi dari kopi ini ada di ranah bass, bariton sampai tenor bawah? Dan, kalau boleh nekad memperbandingkannya dg ‘manusia’, mungkin kopi ini memiliki bodi yg (agak) besar/gemuk/kuat?, tapi dia baik/halus sekali dan manis sekali, hmmm, didominasi oleh baluran laziiz rasa coklat.
Tampaknya tak keliru,
inilah foto mas @NanangTR. Kami
dapatkan foto ini dr searching
di Internet. Perlu kopi uenaak?
Hubungilah beliau ini ..
|
Kesaksian peserta uji citarasa. Tentang enaknya kopi ini, yg kami sampaikan di sini bukan sekedar puji2an yg kami lontarkan begitu saja demi promosi. Ini berangkat dan berdasar pada beberapa kali kaji citarasa 'demokratis' yang kami lakukan. Tak disangka-sangka bahwa para peserta nyaris selalu menghibahkan penilaian yg tertinggi pada kopi Java Taman Dadar ini. Silakan lihat di bawah hasil cupping relatif yg kami catat sewaktu bersama2 dg teman2 wartawan di kedai @CafeSarongge, Utankayu, Jakarta.
Ini salah satu hasil uji citarasa utk Java Taman Dadar; link dari mas @NanangTR --link internet melekat-- |
Lihat juga potongan peta wikimapia di bawah. Dusun ini kiranya menjadi bagian dari administrasi pemerintahan desa Kayumas di kecamatan Arjasa (ada delapan desa). Sementara itu, kata ‘Kayumas (& Curah Tatal, nama desa lain di kecamatan yg sama)’ sendiri juga sudah dipergunakan untuk menamai produksi kopi, yaitu kopi Java Kayumas (ada yg menulis dg ejaan lama 'Kajumas'); tetapi kopi yg dibudidayakan oleh masyarakat kecamatan ybs selanjutnya dikelola oleh PTPN terkait. Pengandaiannya, skema usaha itu mengecualikan kopi yg dihasilkan dari areal kebun warisan kolonial Belanda yg bisa mencapai lebih dari minimal 4.000 hektar itu. Sementara kopi Taman Dadar ini dikelola oleh pemerintah daerah Situbondo bekerja sama dengan eksportir berbeda (PT Indocom). Mas @NanangTR mandegani program peningkatan produksi kopi ini. Tentunya dapat diperkirakan karakter rasa kopi Taman Dadar yg Anda nikmati ini berdekatan dengan kopi Java Kayumas atau Java Jampit atau Java Estate, karena kedekatan lokasi dlm satuan ekosistem di bagian lereng utara di bawah dataran tinggi Ijen di Jawa Timur. Berbeda dg model perkebunan yg condong berpola monokultur (meski tak seekstrem yg dimaksudkan), kebun2 rakyat lebih condong berpola "tumpang sari". Banyak dibudidayakan juga tanaman produktif yg tergolong legum spt sengon/albasia, gamal, dll. Kawasan dengan kemiringan di ketinggian tak terelakkan akan harus dilindungi dengan tanaman2 kayu dan berakar utk mencegah kemerosotan lahan. Pola tumpang sari dan sistem pengelolaan pascapanen semi-basah (wet-hulled, giling-basah) tentunya dapat Anda cecap dampaknya pada citarasa kopi Java Taman Dadar.
Apa masalah yg dihadapi para petani kopi di dusun Taman Dadar? Yah, tampaknya masalah yg mereka alami tetap tipikal seperti yg dirasakan banyak petani lain. Pemasaran dan kemandirian tetap jauh panggang dari api. Apalagi tahun 2013 ini harga kopi arabika merosot jauh. @NanangTR malah menyebutkan bahwa perhatian dan waktu dari para petani kopi kini mulai terserap untuk mengurus tanaman komoditi lain non-kopi yaitu jahe. Kecuali lebih mudah, lebih kurang menuntut tenaga kerja, jahe juga menjanjikan hasil uang lebih banyak bagi keluarga2 petani. Rupanya trend maraknya budidaya jahe tidak hanya dialami oleh petani kopi dari Taman Dadar tapi juga para petani yang lain. Kepala desa setempat, kata @NanangTR, sudah jadi bandar jahe, suatu move yg tentunya membenarkan pengalihan perhatian ekonomi masyarakat desa ke rejim jahe. Dampaknya bisa terasa nanti mutu kopi Java Taman Dadar berkurang karena tanaman2 kopi berkurang mendapatkan perhatian. Kemunduran mutu biasanya tak hanya akan berupa menurunnya jumlah produksi tetapi juga menurunnya citarasa. Coba bayangkan jika kopi Java Taman Dadar jadi hambar ..
Di mana letak dusun Taman Dadar di Jawa Timur?
Petani kopi Taman Dadar belum punya listrik. Air juga sulit. Nanang TR mengabarkan bahwa para petani kopi di Taman Dadar sampai sekarang pun belum memiliki atau mendapatkan listrik PLN. Jenset masih menyedot kocek mereka setiap bulan. Bayangkan para petani yg rasa kopi hasil kerjakerasnya banyak dipuji dan dinikmati lidah di seluruh dunia ini ternyata (masih) hidup dalam kegelapan di pelosok desa. Masalah lain lagi adalah kekurangan ketersediaan air. Kecuali berakibat pada kesejahteraan dan kesehatan hidup rumah tangga, petani kopi ini tak akan mungkin misalnya meningkatkan atau minimal menciptakan diversifikasi produksi kopi, misalnya dg memproses pasca-panen secara sepenuhnya proses basah (wet-processed, full washed) sehingga diperoleh citarasa kopi yg lebih mulus, bersih, misalnya.. Itu tergolong kemewahan utk mereka karena keterbatasan air. Yang dapat memperoleh kemudahan fasilitas air adalah petani2 bermodal, tuan tanah, dan atau perkebunan besar seperti PTPN yang berposisi geografis persis di atas ketinggian desa/dusun Taman Dadar/Kayumas ..
Multi-stakeholder co-op? Why not? Nah, teman2 sekalian dan para pecinta kopi Java Taman Dadar, apakah hati kalian tak terketuk bergabung dengan para petani kopi itu (yg hasil bumi kopinya berasa dahsyat ini)? Nasib mereka jelas potensial berubah hanya dengan cara bhw Anda sekalian memastikan diri meminum kopi mereka secara tetap. Berlanggananlah kopi Java Taman Dadar, di mana pun ditawarkan. Tapi kami bahkan ingin mengajak Anda sekalian tidak hanya menjadi pelanggan peminum kopi ini, tetapi, dengan keteguhan hati Anda, menjadi pemegang saham dalam suatu kerjasama terstruktur antara konsumen, produsen (petani) dan para pekerja (multistakeholder co-op). Jika ko-op semacam itu terbentuk Anda akan dapat memastikan (ketahanan) kopi tetap konsisten mutu dan kuantitas, fluktuasi harga akan kurang terlalu parah diderita oleh para petani itu, bahkan berbagai manfaat lain untuk memenuhi hak-hak dasar petani spt air, lahan, pangan, pendidikan dan dimensi2 peningkatan ekonomi yang lain. Bagaimana? Kami tunggu keterbukaan hati Anda sekalian .. ***
Lebih lanjut jika Anda ingin mendapatkan catatan lebih detil tentang
Profil Kelompok Petani Kopi di Desa Kayumas, Situbondo: http://bit.ly/17qkqqI
Pada hari Soempah Pemoeda (Indonesia) 2013 ..
Ini komentar dari seorang teman setelah kami tanyakan mengapa tertarik pada topik ini: "Sekedar mencari2 informasi tentang kopi di Google, dan ketemulah blog http://koffiegoenoengfairtrade.blogspot.com/
BalasHapusInfo di blog anda sangat informatif dan mengedukasi. Sangat menginspirasi, sehingga saya tertarik untuk mempelajari lebih banyak mengenai kegiatan fairdirectrade kopi untuk petani2 lokal di Indonesia." Entah mengapa kawan +frankykolondam (ini) tak hendak menuliskan komentarnya di sini dan hanya setelah kami tanyakan ..